Rabu, 16 Mei 2012

Dan ternyata Cinta,,, :)

" Dan ternyata cinta, yang menguatkan aku...."
Itulah sebaris syair lagu yang dinyanyikan oleh Anji - Drive. Ya, cukup mengena di hati, bahwa ternyata memang cintalah yang menguatkan aku. Cinta siapakah itu ???
Cinta milik Sang Khalik, penguasa seluruh apa yang ada di langit dan di bumi, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,,, Itulah Cinta Tuhan Allah SWT.
Cinta dan kasih sayang yang tak pernah henti - hentinya Dia berikan kepada seluruh makhluk-Nya yang ada di muka bumi ini. Kepada mereka yang senantiasa mau mendekat dan memperbaiki diri menuju jalan-Nya.
Kadang terbesit perasaan malu pada diri sendiri,,, sudah sebegitu baiknya Allah kepada saya, tapi apa yang selama ini sudah saya berikan kepada-Nya. Sebagai salah satu bentuk rasa syukur dan terima kasih saya atas seluruh nikmat yang telah Dia berikan, hanya sekedar ucapan "Alhamdulillah" namun tak bisa sepenuhnya bersyukur dengan perbuatan. Kehidupan dunia kadang melalaikan hati dan perbuatan kita untuk selalu bersyukur pada-Nya.
Lalu bagaimana cara Tuhan mengajari saya untuk mencintainya ?
Ya, lewat berbagai masalah dan cobaan hidup yang silih berganti Dia berikan pada saya. Betapa Allah membuka mata hati dan pikiran saya, ketika Dia memperlihatkan bagaimana sakit hati dan kecewanya ketika kita mencintai manusia secara berlebihan. Entah itu cinta kepada lawan jenis, cinta kepada sahabat bahkan cinta pada orang tua sendiri. Cinta yang dilandasi bukan karena Allah. Mengingat mereka hanyalah manusia biasa, tempatnya salah dan lupa serta tak ada yang sempurna. Kesedihan, kekesalan dan kekecewaan pastilah akan kita dapatkan ketika cinta tulus kita tak terbalas oleh mereka. Maka karena itu mengapa Allah tak ingin kita mencintai sesuatu melebihi cinta kita pada-Nya.
Bagaimana pada akhirnya cinta itu bisa tumbuh, bukan melalui perkara yang mudah. Saya berkecimpung di sebuah lembaga dakwah fakultas yang mana di dalamnya saya ditarbiyah, dibimbing dan dididik untuk mengenal Allah lebih dalam. Sungguh sebuah kondisi yang berbanding terbalik, ketika kita semakin mengenal manusia maka kita akan semakin mengetahui kelemahannya dan tak ayal rasa cinta itu pun akan berkurang sedikit demi sedikit. Namun berbeda ketika kita semakin mengenal Allah, maka semakin kita mengetahui segala kebesaran dan kelebihan-Nya, yang pada akhirnya membuat saya mencintai-Nya.
Kekuatan cinta yang benar - benar saya rasakan adalah ketika saya harus menghadapi ujian terberat saat Allah memanggil ayah saya untuk selamanya. Allah telah menatar hati dan perasaan saya dengan berbagai masalah di lingkungan sekitar, yang pada akhirnya pada puncak ujian itu, saya benar - benar merasakan kekuatan karena cinta yang telah saya sandarkan pada Allah. Cinta pada ayah yang dikarenakan Allah, maka Allah memberikan saya kekuatan yang berbuah keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan ini.
Kini, saya menjalani kehidupan dengan perasaan yang lebih tenang dan damai. Karena saya percaya, Allah selalu bersamaku. Sesulit dan seberat apa pun kondisi hidup yang saya alami, saya percaya itu adalah bagian dari skenario Allah untuk mengajarkan saya menjadi hamba-Nya yang selalu mencintai-Nya.
Tak hanya sampai saat ini saja, dan seterusnya saya berharap agar tetap istiqomah di jalan Allah hingga ajal menjemput nanti. Sekiranya saya tak ingin menyia-nyiakan waktu yang telah diberikan Allah kepadaku.
Semoga rasa cinta ini akan selalu tumbuh dan tumbuh di hati ini.
Terima Kasih Banyak Ya Allah,,,
Tiada nikmat yang paling indah, yang saya rasakan selain nikmat hidayah yang telah Engkau berikan...
Semoga Engkau selalu melimpahkan nikmat hidayah itu kepada adik - adikku yang sedang berjuang menuju jalan kebaikan-Mu,,,
Berikanlah mereka kesabaran dan kekuatan menyusuri jalan dakwah ini,,,
Aamiin Ya Allah,,,
Aamiin Ya Rabbal 'Aalamiin...


Sabtu, 12 Mei 2012

Kehilangan :( (Bagian II)

      Waktu menjelang malam, orang - orang yang melayat datang silih berganti. Entah siapa saja yang datang, aku tak bisa lagi mengingatnya. Rumah dan halamanku padat dengan orang - orang yang datang. Bergantian mereka memasuki mushollah tempat jenazah ayahku ditempatkan untuk membacakan surah yaasiin. Suara tangis tak henti - hentinya terdengar. Aku merasakan begitu banyak yang merasa kehilangan ayah. Ucapan belasungkawa dan do'a via sms maupun telepon terus berdatangan.
      Malam semakin larut, orang - orang yang datang melayat sudah berpulangan. Yang tertinggal adalah keluarga besar ayah dan ibu. Mereka membantu mengurusi persiapan pemakaman ayah untuk Sabtu besok. Ayah akan dimakamkan Sabtu, 31 Maret 2012 pukul 10.00 WITA di pemakaman keluarga Jl. Sungai Manonda. Aku melihat bunga - bunga telah disiapkan, kain kafan, peralatan untuk memandikan ayah dan lain - lainnya. Aku hendak tidur, badanku benar - benar lelah. Mataku terasa perih karena air mata yang tidak henti - hentinya mengalir. Sebelum tidur, aku berwudhu menunaikan shalat Isya. Selesai shalat, aku menguatkan hatiku untuk melihat jenazah ayahku yang telah terbaring kaku. Melihat sosok itu, seakan rasanya tidak percaya. Namun inilah kenyataan, ayahku telah tiada. Ayahku telah pergi untuk selama - lamanya T__T aku membaca surah yaasiin di sisinya. Sekali lagi, aku ingin melihat wajah ayahku. Tante yang juga adik kandung ayah membuka kain yang menutupi wajah ayah. Betapa aku langsung menangis ketika melihat wajah itu tersenyum. Wajah ayah terlihat lebih tenang daripada yang aku lihat di rumah sakit siang tadi. Air mataku semakin mengalir deras. Seraya berkata dalam hati, " Papa, semoga Allah telah memperlihatkan tempatmu. Sehingga akhirnya engkau bisa tersenyum dan pergi dengan jiwa yang tenang. Aku berharap senyuman itu adalah senyuman bahagiamu atas tempat yang diberikan Allah kepadamu. Aku percaya, engkau sosok yang semasa hidup begitu baik dan dekat dengan Allah. Aku bisa melihat semuanya dari betapa banyaknya orang - orang yang datang dan tak henti - hentinya menangisi kepergianmu, seraya mengatakan kesan atas kebaikan - kebaikanmu. Semoga seluruh proses pemakamanmu esok hari bisa berjalan dengan lancar." Aku beranjak dari ruangan itu, berjalan menuju kamar ibu. Tampak ibu, kakak, dan adikku telah tertidur dengan lelap. Mereka pasti kelelahan, lelah fisik dan lelah batin. Sama seperti apa yang aku rasakan.
         Aku berjalan menuju kamarku, merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Seorang diri, aku menatap langit - langit kamar sambil merenung. Banyak hal yang aku renungkan... Aku merenungi kepergian ayah yang begitu tiba - tiba, aku sama sekali tak sempat berbicara apa - apa padanya dan yang pada akhirnya membuat airmataku lagi - lagi jebol ketika aku menyadari masih begitu banyak kesalahan - kesalahan yang aku perbuat, entah itu yang ayah ketahui maupun tidak. Perasaan bersalah dan menyesal kadang tak mendengarkan dan mengikuti nasehat ayah. Aku sama sekali belum sempat meminta maaf padanya. Malam semakin larut, dengan ditemani saudara sepupuku aku akhirnya bisa tertidur.
***
      Tiba - tiba aku terbangun,,, aku meraih handphoneku dan melihat waktu telah menunjukkan pukul 03.30 pagi. Lagi - lagi aku mendengar suara tangisan yang begitu keras di luar kamar. Mungkinkah itu adalah dua orang adik ayah yang baru tiba dari Bungku... Aku hendak melaksanakan shalat malam. Selesai shalat, aku menuju ke ruangan tempat jenazah ayahku. Ya, aku melihat keluarga ayah sedang menangis dengan histerisnya. Aku mendapati Ibu di kamar sedang menangis sambil memeluk selimut ayah. Aku menghampirinya, memeluknya, mencoba menenangkannya dan menyemangatinya. Namun tak bisa ditahan, air mataku juga turut berlinang.
      Azhan Subuh telah berkumandang, selesai shalat subuh, aku mandi dan berganti pakaian. Aku melihat orang - orang tengah sibuk mempersiapkan proses pemakaman ayah. Mulai dari memandikan, mengafani, menshalatkan hingga mengantar beliau ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Kepalaku terasa sangat pusing, selesai sarapan, aku merebahkan diri di kamar. Mempersiapkan fisik dan mentalku untuk menghadapi proses pemakaman beberapa saat lagi. Tak lama kemudian, aku dipanggil oleh tanteku. Ada seorang teman yang datang. Aku pergi ke mushollah, ruangan itu sudah sesak dengan manusia yang datang ingin melihat ayah. Orang itu adalah Ustadza Fadlun. Wanita yang mengajariku tahsin Al Qur'an. Ia sempat berkenalan dengan ayah ketika menawarkan program bimbingan tahsin di kantor ayah. Lagi - lagi air mataku mengalir. Aku duduk di dekat jasad ayahku bersama dengan ibu dan juga nenek, ibu dari ayahku serta tante dan saudara sepupuku yang lainnya. Hingga waktunya, jasad ayahku akan diangkat untuk dimandikan di kamar ayah. Di tempat yang sudah ayah persiapkan ketika rumahku sedang dalam proses dilantai. Ayah menyiapkan tempat yang sudah dilubang untuk jalan keluarnya air. dan posisi lantai yang sengaja dibuat miring agar air tidak tergenang. Tempat yang sudah ayah pesankan, jika suatu hari nanti ia meninggal, maka orang - orang tak perlu lagi repot untuk mencarikan tempat memandikannya.
      Selesai dimandikan, jazad ayah diangkat kembali ke mushollah, dan dikafani. Suara tangis histeris tak bisa dibendung oleh kami keluarga besar ayah yang ditinggalkan. Tiba saatnya untuk memberikan ciuman terakhir kepada almarhum ayahku. Aku menghapus air mataku lalu mencium kening ayahku, cukup lama. Ingin rasanya airmata ini jatuh, tapi aku mencoba menahannya. Setelah itu, wajah ayah ditutup dengan kapas dan kain kafan, dibungkus rapi dan tertutup sehingga tak ada sedikit pun lagi jasadnya yang terlihat. jasad ayahku terbalut dengan kain kafan. Jasad ayah akhirnya diangkat keluar rumah, isak tangis semakin keras terdengar. Aku yang menyaksikan semua itu rasanya tak mampu lagi untuk bergerak. Seluruh tulang dan tubuhku rasanya remuk, tak ada kekuatan untuk berjalan, sedang air mataku mengalir dengan derasnya sambil terus memanggil - manggil pelan kata "Papa"... Dengan dipapah kakak sepupuku, aku berjalan mengiringi jasad ayahku. Tak ada celah untuk berjalan, seluruh ruangan rumah sesak terisi dengan orang yang datang melayat. Sampai di depan pintu depan, jasad ayah diberhentikan, sambil mendengarkan kata - kata pelepasan, dan seraya dengan mengucapkan La ilaha ilallah,,,, Tangisan kami semakin mengeras. Jasad ayahku akhirnya dibawa menuju ke ambulans, dan akan dishalatkan di mesjid dekat rumahku.
      Sepupuku membawa aku kembali ke mushollah, datang teman - teman yang mencoba menenangkan dan menghiburku. Aku ingin ke pemakaman ayah, aku ingin melihat ayahku untuk terakhir kalinya.... Aku disuruh untuk berhenti menangis dan menguatkan hati jika ingin berangkat ke pemakaman. Dengan diantar pamanku, aku pergi ke pemakaman tempat ayahku dimakamkan. Aku terlambat, jasad ayahku sudah dimasukkan ke dalam liang lahat. Aku mendapati orang - orang tengah menimbun kembali liang itu dengan tanah.
Kakak dan adikku yang tak mampu membendung air matanya menangis dengan histeris meratapi kuburan ayahku. Walaupun sesungguhnya hatiku juga rapuh, tapi aku mencoba untuk bersabar dan ikhlas melepaskan kepergian ayahku. Aku memeluk kedua saudaraku itu, mencoba menenangkannya. Selesai berdo'a, akhirnya kami dan semua yang melayat kembali rumah masing - masing.
Sepanjang perjalanan, aku pun berpikir, inilah awal untuk memulai kehidupan kembali tanpa ayah lagi. Ayahku telah pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi. Hanya semangat dan pesan - pesan ayah yang akan selalu hidup bersama kami.
Selamat jalan ayah,,,,
Aku akan selalu merindukanmu,,,
dan mendo'akanmu.... :*
                                                                                                       Palu, 31 Maret 2012..........